60 Waria, Homo, Pria Bertato, Wanita Perokok Melawan Puluhan Ribu Ulama, Mujahid, Da’i, dan Pelajar

“Ganyang..ganyang.. ganyang liberal, ganyang liberal sekarang juga. Ganyang..ganyang..ganyang Ahmadiyah, ganyang Ahmadiyah sekarang juga. Ganyang..ganyang.. ganyang SBY, ganyang SBY sekarang juga..”

Yel-yel itu diteriakkan puluhan ribu umat Islam dalam aksi Indonesia Tanpa Liberal, Jum’at (9/3). Puluhan ribu dari seluruh ormas Islam memadati sepanjang Jalan Sarinah menuju Istana Negara yang berlangsung secara tertib dan damai. Aksi yang sempat diguyur hujan ini diikuti oleh para Ulama, Tokoh Masyarakat, Kelompok, Mujahid, Da’i, pelajar dan elemen lainnya. Mereka bersatu padu dan berjalan bersama dengan meneriakkan keinginan pemberlakuan Syariat Islam di Indonesia.

Dalam orasinya, Ustadz Bernard Abdul Jabbar, koordinator aksi menyatakan pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan liberal di Indonesia. Kasus Ahmadiyah yang tidak selesai hingga saat ini, membuktikan pemerintah tidak melindungi akidah umat Islam dan memelihara aliran sesat.

“Tunjukkan kepada dunia bahwa kita umat Islam turun menolak liberal,” katanya dalam orasi.

Ia juga mewanti-wanti bahwa kelompok-kelompok liberal di Indonesia adalah kepanjangan tangan dari para musuh-musuh Allah di Barat. Dengan pongahnya mereka mengatakan semua agama sama, Al Qu’ran harus didekontruksi, bahkan homoseksualisme adalah hak asasi manusia. Nama-nama seperti Nurcholis Madjid, Ulil Abshar Abdallah, Guntur Romli, Musdah Muliah, disebut-sebut masa dari Forum Umat Islam (FUI) ini sebagai daftar tokoh berbahaya yang harus dijauhi.

Dalam orasi lainnya, Ustadz Fauzan Al Anshari, membakar semangat masa untuk melihat kasus liberalisme, jernih ke dalam. Bahwa sistem demokrasi di negara ini telah menjadi orangtua kandung dalam menyuburkan liberalisme pemikiran. Ia mewanti-wanti agar umat Islam tidak terkecoh hanya berkutat pada kritik liberalisme tetapi abai melihat sebuah sistem besar dibelakang liberalisme, yakni faham musyrik demokrasi.

“Demokrasi lah yang menyuburkan faham liberalisme, karena kebebasan berpendapat telah menjadi alat untuk melegalisasi kebebasan beragama,” tegasnya.

Selain daripada itu, Ustadz Abu Jibril menyemangati masa bahwa kita adalah mujahid yang ada di Indonesia denagn segala tantangan yang beragam. Liberalisme tidak saja merusak sendiri pemikiran, tetapi telah merembet ke bidang-bidang lainnya seperti ekonomi, politik, dan budaya.

“Kenaikan BBM adalah bukti pemerintah menjalankan liberalisme dalam bidang ekonomi hingga membuat masyarakat kecil menjadi sengsara,” tukasnya disambut takbir massa.

Dan orasi pun silih berganti dilakukan berbagai elemen umat Islam seperti Gerakan Reformasi Islam, Forum Taruna Muslim, Front Pembela Islam, Lembaga Pengkajian Syariat Islam, Majelis Mujahidin Indonesia, dan berbagai organisasi Islam yang tidak bisa disebut satu persatu.

Tentu jika bicara kuantitas dan kualitas, aksi massa ini kata Ustadz Bernard Abdul Jabar lebih pas dikatakan sebagai bagian dari Indonesia. Karena puluhan ribu massa yang hadir betul-betul ikhlas demi kebaikan Indonesia.

“Jangan sampai bencong, dongdot, pelacur diberitakan, kita tunjukkan kepada dunia bahwa umat Islam turun menolak liberal,” sindirnya menyinggung gerakan #IndonesiaTanpaFPI yang hanya dihadiri 60 orang. Itupun terdiri dari kaum homo, waria, pria bertato, lesbi, dan sebagainya.

“Wah 60 bencong, tukang homo, cewek ngerokok mau melawan 10.000 ulama, da’i, mujahid, mahasiswa, pelajar,” kata para peserta aksi. (Pz)

Foto: Zakir Salmun Eramuslim

Source: http://www.eramuslim.com

Posted on 10 Maret 2012, in Indonesia, Kabar Terkini. Bookmark the permalink. 3 Komentar.

  1. SAMPAH MASYARAKAT MELAWAN ULAMA?!! BANTAI AJA…

Tinggalkan komentar