Lady Gaga, Mind Control, dan Dunia Tanpa Agama Langit (1)

Rencana pentas Lady Gaga yang menamakan dirinya The Mother Monster—serta menyebut fansnya di seluruh dunia sebagai The Little Monster—pada hari Ahad, 3 Juni 2012, di Gelora Bung Karno Jakarta, terus menuai polemik. Di berbagai forum diskusi dan yang lebih marak menjadi tema sentral di berbagai media massa, cetak dan elektronik.

Polda Metro Jaya bersikukuh tetap merekomendasikan agar rencana pementasan itu dibatalkan dengan alasan izin konser yang belum ada, ditambah dengan sosok kontroversial sang artis yang dianggap banyak bertentangan dengan budaya dan moral ketimuran. Sikap Polda Metro Jaya ini didukung sejumlah ormas, pejabat, dan juga sejumlah budayawan. Namun sejumlah pejabat yang lain, artis kebanyakan, dan juga sebagian masyarakat malah terang-terangan menyesalkan jika Lady Gaga tidak jadi tampil di Jakarta.

Menyimak berbagai polemik yang ada, kebanyakan masyarakat dan juga pengamat serta budayawan sepertinya menghindari—atau malah belum tahu—jika sosok Lady Gaga bukanlah sekadar artis dunia yang penuh dengan kontroversial dalam hal berbusana, koreo tarian latarnya, dan juga lirik-lirik lagunya. Dalam hal berbusana atau korea tariannya misalkan, Lady Gaga bisa saja lebih sopan ketimbang para penyanyi dangdut koplo yang biasa pentas di panggung-panggung hajatan di daerah-daerah atau yang juga dikenal sebagai Cah Doleng-Doleng. Dalam lirik lagu, Lady Gaga juga ada yang bernilai rada positif, walau banyak sekali yang negatif karena bertentangan dengan nilai-nilai agama, tidak saja dengan nilai-nilai keislaman, namun juga kekristenan, seperti yang bisa disimak dalam lagu “Judas”.

Apa yang diperbuat oleh Lady Gaga di dalam profesi keartisannya, sulit untuk dikatakan tidak memiliki misi khusus untuk memerangi agama-agama, baik Kristen maupun Islam. Di lain sisi, Sang Mother Monster ini malah banyak sekali di dalam pementasan maupun kesehariannya, juga di dalam berbagai pose foto dan juga sampul album-albumnya, mempromosikan dengan jelas simbol-simbol satanism dan illuminaty. Saking banyaknya dan intensnya, sulit dikatakan hal itu sebagai kebetulan belaka. Keseluruhan kepribadian Lady Gaga sesunggunya dipersembahkan sebagai bentuk cara pengendalian pikiran (mind control) dimana penggemarnya akan dibuat sebagai manusia yang hampa, kacau, dan pikiran yang kosong menjadi sesuatu yang trendy. Sebelum kita membahas lebih jauh tentang hakikat Lady Gaga, ada baiknya kita menelusuri terlebih dahulu apa yang disebut sebagai Mind Control?

Proyek Pengendalian Pikiran

Wikipedia menyebut Project MK-ULTRA, atau MKULTRA, adalah kode nama dari program penelitian mind control dan interogasi kimia CIA yang dilakukan oleh Office of Scientific Intelligence. Program ini konon dimulai pada awal 1950-an, berlanjut sampai akhir 1960-an, dan menggunakan penduduk Amerika sebagai subjek penelitian.

Bukti yang dipublikasikan mengindikasikan proyek MK-ULTRA melibatkan penggunaan banyak obat halusinasi dan metode-metode lain untuk memanipulasi keadaan mental suatu individu dan mengubah fungsi otak secara diam-diam.

Proyek MK-ULTRA menarik perhatian publik pertama kali pada tahun 1975 lewat Kongres US, melalui investigasi oleh Church Committee, dan melalui komisi presidensiil yang dikenal sebagai Rockefeller Commission. Upaya investigasi terhambat karena Director CIA Richard Helms memerintahkan semua data-data MK-ULTRA dihancurkan pada 1973. Investigasi Church Committee dan Rockefeller Commission bergantung pada pengakuan di atas sumpah para partisipan yang langsung terlibat dan sebagian kecil data yang berhasil diselamatkan.

Walau CIA bersikeras bahwa eksperimen MK-ULTRA telah dihentikan, namun seorang mantan agen CIA yang telah bekerja di dinas rahasia selama 14 tahun bernama Victor Marchetti mengungkapkan dalam sejumlah interviewnya, jika CIA secara rutin melakukan kampanye disinformasi dan penelitian mind control CIA tetap berlanjut. Pada interview di tahun 1977, Marchetti secara spesifik menyebut bahwa klaim CIA tentang penelitian MK-ULTRA yang ditinggalkan hanyalah suatu kedustaan.

Hasil dari proyek tersebut secara tidak resmi merujuk pada “Project Monarch”. Sebuah teknik pengontrolan pikiran yang mengekspos subjek pada suatu trauma secara keras sehingga pikiran mereka menghasilkan suatu disosiasi. Otak korban menjadi terkotak-kotak dan muncul kepribadian baru yang kemudian dicetak dan diedukasi oleh si manipulator.

“Ketika seseorang berada dalam trauma yang diakibatkan oleh electroshock, akan terasa suatu perasaan light-headedness; seperti seseorang yang sedang melayang atau terbang seperti kupu-kupu. Juga terdapat suatu representasi simbolik yang melambangkan transformasi atau metamorfosis dari serangga cantik ini: dari ulat ke kepompong (dormansi, inaktivitas), ke kupu-kupu (kreasi baru) yang akan kembali ke titik asal. Juga termasuk pola migrasi yang membuat spesies ini menjadi unik.”

Selama edukasi ulang, dikatakan subjek diperlihatkan beberapa simbol seperti pohon-pohon, sarang laba-laba, topeng, labirin, kupu-kupu, dan lainnya. Mereka juga diperlihatkan film yang mengandung simbol spesifik (atau pemicu) seperti The Wizard of Oz dan film-film Disney. Seperti cara meredukasi dan mencuci otak subjek, media massa juga melakukan proyek mind control dengan skala besar yang dimulai dari kelahiran film-film Disney dan berlanjut ke Hollywood dan video musik.

Apa yang harus kita pertahankan disini adalah proyek simbolisme Monarch yang dilahirkan dan digunakan dalam media massa. Monarch adalah salah satu tipe kupu-kupu dan menjadi simbol “insider” dari mind control. Simbolisme inilah yang mengelilingi Lady Gaga, pada fotonya, videonya, campuran simbol-simbolnya dengan simbol dari okultisme dan perkumpulan rahasia. Kehampaannya, robotic dan kepribadian yang terdegenerasi menunjukkan gejala-gejala korban dari korban mind control. Mari melihat apa yang direpresentasikan oleh Lady Gaga mulai dari yang paling sederhana, yakni namanya: GAGA.

Gaga adalah kata yang langsung memiliki arti sebagai kekosongan pikiran. Beberapa sinonimnya antara lain (Originally Posted by Thesaurus):

1. Given to lighthearted silliness: empty-headed, featherbrained, flighty, frivolous, frothy, giddy, harebrained, lighthearted, scatterbrained, silly. Slang birdbrained, dizzy.

2. Afflicted with or exhibiting irrationality and mental unsoundness: brainsick, crazy, daft, demented, disordered, distraught, dotty, insane, lunatic, mad, maniac, maniacal, mentally ill, moonstruck, off, touched, unbalanced, unsound, wrong.

“Gaga” mungkin merupakan kata yang paling mudah untuk diucapkan dalam bahasa inggris, seperti apa yang sering dilontarkan oleh bayi ketika pertama kali meniru ucapan. jadi namanya secara sederhana berkata : I’m a lady and I’m empty-headed. Kekosongan kepala ini dapat diisi oleh segala hal yang diinginkan oleh kreatornya: “Tirulah saya hai para remaja!” Kondisi jiwa seperti ini terjadi setelah proses mind control yang sukses.

Selain itu, nama Gaga juga disebut-sebut terinspirasi oleh lagu Queen “Radio Gaga”. Video lagu ini banyak mengandung adegan film Metropolis (1927). Film ini bercerita tentang seorang wanita yang dipilih oleh kaum elit untuk memberikan hidup pada sebuah robot, melalui campuran dari ilmu pengetahuan dan ilmu hitam. (rz/bersambung)

 

Source: http://www.eramuslim.com

Posted on 21 Mei 2012, in Indonesia, Propaganda and tagged , . Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar